Jl M I Ridwan Rais No 13A, Depok, Jawa Barat +62 21 7759848

Sapaan Teduh GBKP 20 November 2025

  • 05:52

Imamat 19:3

“Setiap orang di antara kamu haruslah menyegani ibu dan ayahnya serta memelihara hari-hari Sabatku. Akulah TUHAN Allah-mu.”


Saudara yang terkasih, kitab Imamat adalah kitab tentang kekudusan umat Israel. Panggilan utamanya ada di Imamat 19:2b yang berbunyi, "Kuduslah kamu, sebab Aku Tuhan Allah-mu Kudus." Dan sungguh menarik ketika Tuhan menjabarkan seperti apa itu hidup kudus, Ia tidak memulainya dengan sesuatu yang mungkin kita anggap besar ataupun kita anggap ini adalah sebuah hal yang rohaniah ataupun dengan berbicara tentang persembahan yang besar. Ia memulainya dari lingkungan ataupun lokus yang terdekat dalam kehidupan kita, yaitu keluarga. Dan dari keluarga itu salah satu sosok yang menjadi tempat pertama kita mengekspresikan sikap menyegani, kalau di dalam terjemahan baru yang kedua. Tetapi dalam terjemahan baru yang edisi pertama dikatakan di situ menghormati ayah dan ibumu. Di situ kita melihat bahwa menjaga kekudusan umat Allah itu ternyata dimulai dari menghormati ataupun menyegani orang tua. Bahasa Ibrani yang dipakai ketika berbicara tentang menyegani ini adalah Yira, yang memiliki akar kata yang sama dengan istilah takut ataupun segan akan Tuhan. Ini bukan sekedar sopan santun. Ini bukan sekedar kita tidak melawan orang tua. Menghormati orang tua ataupun menyegani orang tua adalah sebuah sikap batin yang melihat orang tua dengan segala kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Bahwa mereka juga adalah sosok wakil Tuhan yang telah menghadirkan kita ke dunia. Menghormati berarti mendengarkan hikmat yang mereka ajarkan dalam kehidupan kita. Menghormati ataupun menyegani orang tua adalah merawat mereka di usia senja. Sama seperti mereka merawat kita saat tidak berdaya. Dan bahkan ketika mereka telah tiada. Menghormati mereka bukan berarti kita melupakan mereka, tetapi menghidupi nilai-nilai baik yang mereka pernah ajarkan dan menjaga nama baik keluarga kita.

Mengapa ini menjadi perintah kekudusan yang pertama? Karena Tuhan tahu jika di dalam rumah kita tidak bisa menghargai sumber kehidupan yang terlihat ataupun yang nyata yaitu orang tua. Sungguh mustahil ketika kita dituntut untuk menghargai sumber kehidupan yang tidak terlihat yaitu Allah. Kekudusan itu dimulai dari hal yang paling dekat yaitu keluarga ataupun orang tua kita. Kemudian perintah yang kedua yang saling bergandengan dengan perintah pertama yaitu memelihara hari-hari sabatKu. Jika yang pertama adalah tentang relasi kita tentang sesama manusia ataupun dengan sosok yang terlihat. Perintah yang kedua berbicara tentang bagaimana relasi vertikal kita dengan Tuhan. Apa itu Sabat? Dalam dunia modern pada saat ini ataupun dunia kontemporer saat ini ada istilahnya hassle culture atau sebuah standar kehidupan yang menyatakan bahwa kerja keras itu adalah ukuran sebuah kesuksesan. Dan Sabat dalam prinsip kehidupan yang seperti ini, Sabat ini dianggap sebagai sebuah prinsip hidup yang kuno. Kita merasa berdosa jika tidak produktif. Jika menurut standar hasil culture tadi. Kita merasa cemas jika kita tidak sukses di dalam kehidupan kita secara materi ataupun secara tampak terlihat dengan mata. Padahal di dalam kehidupan iman kita, Sabat adalah sebuah deklarasi iman. Pertama, Sabat adalah pengakuan bahwa Tuhanlah sang pencipta dan pemilik waktu. Kita berhenti bekerja ataupun memberikan waktu untuk kita beribadah, untuk kita berbakti kepada Tuhan. Bukan karena kita malas, tapi karena kita percaya bahwa dalam 6 hari Tuhan telah mencukupkan kehidupan kita. Kita berhenti untuk mengingat bahwa hidup kita bukan hanya soal mengejar, tapi soal bagaimana kita menghormati sang pemelihara kehidupan kita. Dan bagaimana juga kita menghayati bahwa kita telah menerima berkat dari sumber kehidupan kita yang paling utama yaitu Allah. Kedua, Sabat adalah waktu untuk pemulihan ataupun restorasi. Bukan hanya tubuh yang perlu istirahat, tapi jiwa dan roh kita. Di tengah dunia kita yang seringkiali bising, yang terus menuntut perhatian kita mungkin lewat layar ponsel kita. Sabat adalah perintah Tuhan untuk berhenti sejenak, untuk berdiam diri, untuk mengisi ulang baterai rohani kita dengan bersekutu intim bersamanya. Sabat adalah benteng yang Tuhan berikan. Agar kita tidak habis ditelan oleh berbagai tuntutan dunia.

Sekarang mari kita renungkan mengapa Tuhan menempatkan dua perintah ini dalam satu tarikan nafas, hormat pada orang tua dan memelihara hari-hari Sabat. Jawabannya adalah menghormati orang tua adalah cara kita menghargai akar ataupun asal-usul kehidupan kita. Sedangkan memelihara hari Sabat adalah kita mengarahkan masa kini dan masa depan kita, fokus kita, tujuan hidup kita dengan akar yang lebih dalam lagi, yaitu Allah sang pemelihara kehidupan kita. Keduanya adalah soal kita berhenti. Kita berhenti dari ego kita untuk hanya mencintai diri sendiri. Kita diingatkan untuk menghormati orang lain yaitu orang tua sosok yang telah melahirkan kita di dunia ini. Dan keberhentian yang kedua adalah kita berhenti dari segala kesibukan pekerjaan kita, urusan duniawi kita untuk bisa mengingat Tuhan. Kekudusan yang sejati menurut Imamat 19:3 adalah kehidupan yang seimbang. Seimbang antara menghargai keluarga dan menghargai sumber kehidupan keluarga kita yaitu Tuhan. Kita tidak bisa menjadi orang yang rohani hanya di gereja tapi durhaka pada keluarga kita. Sebaliknya kita juga tidak hanya bisa menjadi anak yang berbakti hormat kepada orang tua, tetapi melupakan Tuhan yang telah memberikan orang tua itu kepada kita. Keduanya adalah dua pilar yang menopang atap kehidupan kita. Jika satu pilar goyah, maka runtuhlah rumah kehidupan kita.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian yang kami kasihi dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Motivasi kita untuk menghormati orang tua bukanlah karena rasa takut akan hukuman. Motivasi kita adalah identitas. Karena Dialah Allah kita yang telah memerintahkan kepada kita, yang berotoritas dalam kehidupan kita dan kita adalah milikNYA. Maka cara kehidupan kita haruslah yang mencerminkan siapa Dia, yaitu kudus yang kita lakukan dengan mengasihi orang tua, menghormati orang tua, dan juga memberikan waktu kita bagi kemuliaan namaNYA.

 

Pdt. Yohan Prananta Tarigan

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=q7nLHJDVGUg

Sebelumnya Sapaan Teduh GBKP 19 November 2025
Selanjutnya Sapaan Teduh GBKP 21 November 2025