Jl M I Ridwan Rais No 13A, Depok, Jawa Barat +62 21 7759848

Sapaan Teduh GBKP 23 Oktober 2025

  • 09:30

Mazmur 82:3

"berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim belalah orang sengsara dan berkekurangan"

Melalui firman Tuhan yang kita dengarkan ini tema yang kita angkat adalah hati Allah yang berdetak untuk keadilan.

Bapak Ibu Saudara sekalian di media sosial ataupun ketika kita menonton berita, hati kita seringkiali terasa sesak ketika kita melihat begitu banyak ketidakadilan. Kita melihat begitu banyak ada korban bullying ataupun korban perundungan dan sebagainya. Mungkin hati kita terasa sesak. Kita melihat ada orang-orang yang berkuasa, menyalahgunakan wewenangnya, sementara mereka yang kecil dan tidak punya suara seringkiali terinjak-injak dan hampir tidak terdengar suaranya.

Mungkin kita tidak perlu jauh melihat ke media sosial ataupun berita. Mungkin ketidakadilan itu terjadi di sekitar kita. Mungkin ada di tempat kerja kita. Ada rekan kita yang diperlakukan tidak adil, atau mungkin diri kita sendiri diperlakukan tidak adil oleh atasan ataupun siapapun yang memerintah kita. Mungkin di jalanan Jakarta yang sibuk yang dan macet kita melihat ada banyak anak-anak yang terlantar, yang seolah-olah dia tidak memiliki orang yang membimbingnya ataupun yang bertanggung jawab terhadap dirinya. Dan itu tidak hanya di Jakarta ataupun di kota-kota besar bahkan di tempat kami melayani juga, di daerah Kalimantan, hal itu sudah hal yang biasa terjadi kita lihat di jalanan. Dan tidak hanya di jalanan tapi juga di dalam keluarga. Ada banyak keluarga yang mungkin untuk memikirkan kebutuhan hidup hari ini saja itu masih cukup sulit karena adanya ketidakadilan. Kita mungkin bertanya, di manakah keadilan? Atau di manakah Tuhan itu, yang adalah penyayang yang adalah maha adil? Pertanyaan ini tentu bukanlah pertanyaan yang baru. Ini adalah pertanyaan kuno yang juga digumulkan oleh pemazmur. Dan hari ini kita merenungkan perintah yang sangat keras, yang sangat jelas dari Tuhan, yang dicatat di dalam Mazmur 82:3.

Bapak Ibu Saudara terkasih Mazmur 82 ini bukanlah Mazmur yang ditulis dalam suasana yang tenang. Ini adalah sebuah imajinasi pemazmur ataupun yang menulis Mazmur ini, yaitu Mazmur Asaf, bagaimana Allah itu berada dalam sebuah ruang pengadilan, ruang pengadilan surga. Dan di ayat 1 kita bisa membaca, “Allah berdiri dalam sidang ilahi di antara para Allah Ia menghakimi”. Dan pertanyaannya adalah siapakah Allah yang ada di ayat 1 ini? Banyak penafsir setuju bahwa ini merujuk kepada para pemimpin, para hakim, para penguasa di bumi. Mereka yang diberi mandat oleh Allah untuk menegakkan kebenaran dan keadilan dunia. Mungkin termasuk juga kita yang diberi Tuhan mandat untuk mewujudnyatakan keadilan itu walaupun sekecil apapun tanggung jawab kita. Dan apa yang Allah katakan kepada mereka? Di ayat 2 mereka menegur mereka dengan keras. “Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik? Di sini kita melihat dengan jelas bahwa Tuhan murka. Mengapa? Karena pemimpin ini gagal melakukan tugas utama mereka. Mereka membiarkan keadilan dibengkokkan. Mereka memihak orang fasik, orang kaya, orang kuat. mungkin orang yang punya koneksi dan mengabaikan mereka yang tidak memiliki siapa-siapa. Di tengah kemurkaannya inilah Tuhan memberikan perintahnya di ayat 3 yang menjadi nas renungan kita pada pagi hari ini. Perintah ini bukan sekedar saran, bukan sekedar wejangan, tapi ini adalah inti dari apa tugas kita sebagai kawan sekerja Allah di muka bumi ini. Keadilan bagi Tuhan bukanlah konsep hukum yang abstrak ataupun sekedar formalitas dan sesuatu yang hanya kita lakukan sebagai kewajiban. Tetapi bagi Allah keadilan adalah detak jantung Allah. Keadilan adalah wujud nyata kasih Allah.

Jika kita baca ayat yang menjadi dasar renungan bagi kita. Ada empat kelompok yang Tuhan perintahkan secara spesifik untuk kita bela. Yang pertama adalah orang-orang yang lemah. Orang-orang yang lemah adalah mereka yang sangat ringkih, orang yang tidak punya daya tawar. mereka yang posisinya rentan. Mungkin di zaman kita ini adalah mereka yang bekerja sebagai buruh harian lepas. Atau mungkin lansia yang hidup sebatang kara yang tidak punya siapa-siapa untuk merawatnya. Ataupun siapa saja yang suaranya tidak pernah didengar di dalam forum-forum ataupun di dalam persidangan ataupun di dalam rapat-rapat yang dilakukan di dalam pekerjaannya. Golongan yang kedua ataupun kelompok yang kedua adalah anak-anak Yatim. Di dalam budaya kuno pada saat itu anak yatim adalah simbol kerentan, karena mereka kehilangan pelindung utama mereka yaitu orang tua. Hari ini bukan hanya kehilangan orang tua, bisa saja adalah anak yatim ini adalah mereka yang kehilangan figur pelindung, figur orang tua. Orang tuanya masih ada tetapi mereka tidak merasakan kehadiran figur orang tua itu di dalam kehidupan mereka. Anak yatim mungkin adalah anak-anak yang ada di jalanan. Yang mereka tidak bisa bersekolah dan mungkin masa depannya terancam karena kurangnya Pendidikan. Golongan yang ketiga adalah orang sengsara. Inilah ini adalah orang-orang yang tertindas, yang menderita karena perlakuan orang lain. Mereka yang dizalimi, yang haknya dirampas. Mungkin yang menjadi korban dari sistem yang korup. Yang keempat adalah orang yang kekurangan. Adalah mereka yang miskin papa. Yang tidak punya apa-apa untuk melanjutkan kehidupannya. Bahkan yang berjuang dari hari ke hari hanya untuk bertahan hidup. Ini adalah empat kelompok yang secara spesifik diperintahkan Allah untuk diberikan keadilan.

Ketika kita mendengar empat kelompok orang ini, kepada siapakah pikiran kita terbayang ketika kita mendengar empat kelompok ini? Atau mungkin bisa saja di antara empat kelompok ini kita adalah salah satu di antaranya. Ataupun mungkin kita adalah salah satu pelaku yang tidak melakukan keadilan tersebut. Bapak Ibu Saudara sekalian ketika Tuhan menyebut empat kelompok ini, ini adalah wajah-wajah yang perlu kita kasihi. Mungkin wajah-wajah ini adalah orang-orang yang ada di sekitar kita. Mungkin mereka adalah asisten rumah tangga kita. Mungkin ada tetangga kita. Ataupun mungkin wajah-wajah empat kelompok orang ini adalah pengemudi ojek online yang menunggu orderan di bawah triknya matahari. Mungkin ini adalah wajah anggota jemaat kita yang baru saja kehilangan pekerjaan, yang baru saja mendapatkan musibah. Ataupun yang anak-anak yang ada di panti asuhan yang mungkin sedang kita layani. Perintah Tuhan jelas. Perintah Tuhan mengatakan "Berilah keadilan bagi mereka belalah hak mereka." Ini bukan kata kerja pasif, tapi ini adalah kata kerja aktif. Kita diminta untuk melakukan keadilan bagi mereka. Bagi orang-orang yang ada di sekitar kita. Bagi anggota keluarga kita.

Saudara-saudara yang terkasih Bapak Ibu Saudara sekalian yang mengikuti Sapaan Teduh GPKP Klasis Jakarta Kalimantan ini. Kita pada saat ini mungkin berada di posisi yang terberkati. Banyak dari kita mungkin adalah para Allah dalam skala kecil. Ataupun orang-orang yang memiliki keistimewaan di dalam pekerjaan. Mungkin kita adalah pemimpin di kantor. Mungkin kita adalah pemilik usaha. Kepala rumah tangga atau setidaknya kita memiliki keistimewaan. Memiliki privilege dan sumber daya yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang lemah yang disebutkan firman Tuhan tadi. Pertanyaannya bagi kita pada saat ini apakah kita sudah memihak kepada mereka? Apakah hati kita mudah tergerak ketika kita melihat ketidakadilan? Ataukah hati kita sudah mengeras oleh kesibukan dan banyaknya rutinitas kita, yang kita lakukan di kota-kota besar ataupun di tempat kita tinggal? Kita mungkin sibuk beribadah, sibuk melayani di gereja tapi kita lupa pada anak yatim dan orang sengsara yang ada di depan mata kita ataupun yang ada dilayani oleh Gereja kita. Mazmur ini mengingatkan kita bahwa ibadah kita tidak ada artinya bagi Tuhan jika kita mengabaikan keadilan social.

Nabi Yesaya di dalam Yesaya 1:17 menggemahkan hal yang sama "belajarlah berbuat baik usahakanlah keadilan kendalikanlah orang kejam, belalah anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda". Jadi apa yang bisa kita lakukan Bapak Ibu Saudara sekalian. Mulai dari yang terdekat. Bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang bekerja bagi. Kita bagaimana kita membayar upah mereka dengan adil dan tepat waktu. Bagaimana kita memperlakukan bawahan kita di kantor. Apakah kita memberi mereka hak yang sebenarnya mereka harus terima? Gunakan suara kita. Gunakan wewenang yang ada pada kita untuk melakukan keadilan. Dan ketika kita melihat ketidakadilan, kita tidak hanya bisa diam. Kita ketika kita tidak bisa mengubah sistem yang besar, mungkin kita bisa melakukan untuk satu orang yang ada di lingkungan kita. Dan kita juga bisa mendukung pelayanan Diakonia yang dilakukan oleh Gereja GBKP untuk keempat golongan yang disebutkan di dalam Mazmur 82:3 tadi. Oleh karena itu Bapak Ibu Saudara sekalian, marilah kita memohon kepada Tuhan agar kita diberikan hati yang tulus, hati yang mau tetap melakukan keadilan di dalam kehidupan kita. Dan melalui apa yang kita lakukan nama Tuhan tetap terpuji dan termulia.

 

Pdt. Yohan Prananta Tarigan

Sumber : 

https://www.youtube.com/watch?v=PKysov2jIJg


Sebelumnya Sapaan Teduh GBKP 22 Oktober 2025
Selanjutnya Sapaan Teduh GBKP 24 Oktober 2025