Yoel 2:13
"Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu. Berbaliklah kepada TUHAN, Allah-mu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar, dan berlimpah kasih setia. Dan Ia menyesal karena hukumannya.”
Saudara-saudari
yang dikasihi Tuhan, hari ini kita belajar bersama-sama bahwa kitab Yoel
ditulis pada masa Yehuda dilanda bencana alam yang begitu dahsyat, yaitu serangan
kawanan belalang yang luar biasa parah diikuti oleh kekeringan. Bencana ini
digambarkan sedemikian rupa sehingga dianggap sebagai pendahuluan atau awal
dari hari Tuhan yang menakutkan. atau hari penghakiman ilahi. Yoel menyerukan
reformasi di Bait Allah. Pasal 2:13 adalah inti dari seruan pertobatan tersebut
yang disampaikan kepada seluruh bangsa Israel atau Yehuda.
Dalam budaya
Israel kuno, salah satu tanda lahiriah dari ratapan dan pertobatan yang
mendalam adalah mengoyakkan pakaian sebagai lambang kehancuran hati dan
dukacita. Jadi mengoyakkan pakaian dapat dipahami sebagai lambang kehancuran
hati dan dukacita. Kritik Yoel melalui frasa koyakkanlah hatimu dan jangan
pakaianmu. Yoel mengkritik atau menegaskan kembali praktik sosial keagamaan
yang cenderung dangkal. Ini menuntut agar tindakan ritual eksternal mengoyakkan
pakaian harus disertai bahkan digantikan oleh perubahan batin yang sebenarnya,
yang radikal dan tulus yaitu mengoyakkan hati. Pertobatan sejati atau internalitas,
poin utama dari Yoel 2:13, adalah penekanan pada pertobatan yang bersifat
internal dan spiritual. Mengoyakkan hati adalah metafora untuk hati yang
hancur, remuk, dan menyesali dosa di hadapan Allah. Bukan sekedar penampilan
lahiriah. Sifat Allah sebagai dasar harapan. Seruan untuk berbalik didasarkan
bukan pada kebaikan Israel, melainkan pada karakter Allah sendiri. Karakter
Allah yaitu pengasih dan penyayang, panjang sabar, berlimpah kasih, setia, dan menyebutkan
menyesal karena hukuman-Nya. Frasa ini tidak berarti Allah berubah pikiran,
tetapi menunjukkan kedaulatan dan belas kasihannya. Jika umat bertobat, Allah
akan menyesali atau menarik kembali malapetaka yang telah Ia rancangkan sebagai
hukuman. Ini adalah jaminan bahwa pertobatan sejati pasti akan menghasilkan pengampunan
dan pemulihan.
Berbagai peristiwa
yang terjadi dalam nats ini menunjukkan hari Tuhan semakin dekat. Kehadirannya
digambarkan seperti pasukan kuat yang dahsyat. Hari Tuhan adalah suatu hari
yang dahsyat dan menakutkan. Tidak seorang pun yang dapat meluputkan diri
daripadanya apabila tanpa pertobatan. Tuhan sendiri memimpin pasukan ini, yakni
bangsa-bangsa yang menjadi pelaku-pelaku firman Tuhan. Dapat kita saksikan di
ayat 11. Tuhan menyampaikan seruan pertobatan menyusul berita hari Tuhan di
ayat 12. Pertobatan yang diminta adalah pertobatan yang sungguh-sungguh pada
semua bangsa. Termasuk bayi yang menyusu dan bukan sekedar ritus. Harapan atas
pertobatan itu adalah agar Tuhan menarik hukumannya dan menggantinya dengan
berkat. Itu dapat kita temukan di dalam ayat 14. Seluruh bangsa harus datang
dengan sungguh dan dengan hati yang tulus kepada Tuhan. Mulai dari
pelayan-pelayan Tuhan. Terjadinya kehancuran tidak saja terdapat pesan tentang
amarah atas dosa, di dalamnya juga terpancar kasih yang ingin menghancurkan
belenggu dosa dan membimbing umat memasuki kebebasan.
Saudara-saudari
yang dikasihi Tuhan, refleksi yang bisa kita ambil dari renungan di sapaan
teduh hari ini, Yoel 2:13 adalah pentingnya ketulusan hati dan karakter Allah
dalam praktik pertobatan hidup kita sehari-hari. Prioritaskan pertobatan batin
bukan sekedar ritual. Ayat ini menyerukan agar kita mengalihkan fokus dari
tindakan luar ke kondisi batin. Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu.
Bagaimana kehidupan
kita selama ini? Apakah doa, ibadah, puasa yang kita lakukan hanya sebatas
ritual ataukah benar-benar mencerminkan perubahan dan penyesalan yang mendalam
dari dalam hati kita. Ketika kita menyadari kesalahan kita, kita tidak
seharusnya fokus pada tebusan yang terlihat, melainkan pada kejujuran dan
kerendahan hati untuk mengakui dan menyesali dosa di hadapan Tuhan.
Dan yang kedua,
berbalik kepada sifat Allah yang penuh belas kasihan. Yoel mendorong pertobatan
dengan mengingatkan umat tentang siapa Allah. Sebab Ia pengasih dan penyayang,
panjang sabar, dan berlimpah kasih setia. Kesadaran untuk bertobat bukan karena
takut akan hukuman meskipun itu nyata, tetapi karena kita yakin akan belas
kasihan Allah yang tidak terbatas. Kesempatan untuk kembali kepada Allah selalu
terbuka. Ketika kita merasa putus asa atau tidak layak, kita harus mengingat
sifat Allah yang panjang sabar. Kita harus bergegas kembali kepadanya. Yakin
bahwa Ia siap mengampuni dan memulihkan.
Yang ketiga, hidup
dalam sikap berbalik. Perintah berbaliklah kepada Tuhan Allahmu berarti melakukan
perubahan arah hidup secara total. Berbalik dari dosa, bukan hanya berhenti
melakukan hal yang salah, tetapi ternyata secara aktif mengubah arah pikiran,
perkataan, dan tindakan kita untuk berjalan sesuai kehendak Allah. Sesederhana
berhenti dari kebiasaan buruk dan kembali ke jalan yang benar.
Dan yang
terakhir dorongan untuk berbelas kasih kepada sesama karakter Allah di ayat
ini. Allah yang maha kuasa begitu pengasih dan penyayang kepada kita yang
berdosa. Dari itu, seberapa besar kita harus menunjukkan sifat pengasih,
panjang sabar, dan setia kepada sesama, terutama yang bersalah kepada kita.
Mari
mengaplikasikan kesabaran dan kasih setia Allah dalam hubungan pribadi kita.
Rendah hatilah dalam menyesali dosa kita. Dan mari kita belajar meneladani
kemurahan hatinya Allah. Demikian firman Tuhan.
Vic. Senika
Sitepu




